Wawancara Dengan Arwah Dr.Azhari

Gembong teroris Noordin M Top masih lolos dari sergapan Densus 88, sedangkan rekan seperjuangannya Dr. Azahari dan asistennya Amran terbunuh dalam sebuah penggerebekan di villa flamboyan, Batu Malang beberapa tahun yan lalu.

Sebuah tim paranormal dibentuk oleh tabloid Posmo untuk mewawancarai arwah Dr. Azahari. Lokasi dipilih dekat Villa Flamboyan, selain untuk memudahkan pemanggilan juga untuk menerawang keadaan arwah Dr. Azahari dan Amran dirumah tersebut. Karena menurut keyakinan Jawa, arwah seseorang sebelum 40 hari masih berada dilokasi tempatnya meninggal.

Terlebih dahulu dilakukan penerawangan kedalam rumah tersebut. Dari hasil terawangan, tampak arwah Dr. Azahari sedang duduk termenung sementara arwah Arman berkali-kali menyumpahi Dr. azahari menuntut adanya surga yang dijanjikan. Kondisinya amat mengerikan, tubuh bagian bawah hancur, namun dialam gaib ia masih bisa berjalan. Tampak ia sangat menyesal bergabung dengan kelompok Azahari.

Berikutnya proses pemanggilanpun dilakukan. Ketegangan tampak pada wajah sang paranormal maupun sang mediator. Pembacaan mantra dan konsentrasi yang kuatpun dilakukan. Tak beberapa lama tubuh sang mediator bergetar, dan dari terawangan batin tampak arwah Dr. Azahari yg sedang termenung sudah memasuki tubuh sang mediator.

Asalamualaikum.

(Mendengar sapaan ini dari wajah sang mediator tampaknya Azahari sedikit kaget dan membalasnya). Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.

Apakah benar anda Dr. Azahari Husin?

Ya, benar. Lalu anda siapa?

Saya dari tim Posmo.

Agama anda apa?

Islam.

Coba ucapkan syahadat.

(Pewawancara lalu menjawab dengan ucapan dua kalimat syahadat)
Oh ya mari. Ada perlu apa anda kemari?

Maaf, saya hanya ingin tahu apa yg anda lakukan. Sebab, banyak orang yg ingin bertanya tentang latar belakang anda dan kelompok anda melakukan kegiatan itu.

Oh, begitu.(Azahari tidak langsung menjawab, tapi dia diam beberapa saat. Nampaknya ia sedang memikirkan sesuatu yg telah terjadi)

Apakah anda kecewa dengan kejadian kemarin?

Ya kecewa, ya tidak. (Nampaknya dia mengerti bahwa yg dimaksud adalah peristiwa penggerebekan di Villa Flamboyan)

Maksudnya?

Saya kecewa karena tugas saya belum selesai. Masih banyak rencana-rencana yg belum dikerjakan.

Terus?

Saya katakan tidak kecewa karena sudah banyak yg saya kerjakan meskipun blm sampai tujuan. Tetapi paling tidak misi saya membuka mata AS bahwa Islam tidak bisa diremehkan tercapai. Banyak rencana yg sudah berjalan dgn baik. Selama tiga tahun saya "mengelola" Indonesia sudah banyak yg saya kerjakan bersama teman2 seperjuangan.

Selama ini dimana saja yg paling banyak anda "kelola"?

Lebih banyak di P. Jawa.

Mengapa tidak di Thailand yg banyak tempat maksiatnya, Singapura yg banyak orang kafirnya, Malaysia negara anda sendiri atau AS sekalian?

(Diam cukup lama)
Tugas saya hanya Indonesia. Tiap negara punya penanggung jawab dan saya kebagian Indonesia bersama Noordin M. Top.

Mengapa Indonesia dijadikan sasaran?

Indonesia adalah negara besar dgn penduduk mayoritas nuslim, tetapi tidak berdaulat karena byk dikendalikan AS. Kepentingan-kepentingan strategis selalu berdasarkan kepentingan AS. Menurut kami, pemerintah Indonesia selalu tunduk kepada AS. Bandingkan dgn Malaysia yg meskipun kecil, tapi sangat tegas dan memiliki harga diri yg tinggi.

Lalu bagaimana anda melihat bahwa yg menjadi korban adalah umat Islam sendiri?

Memang banyak umat Islam tak berdosa menjadi korban, tetapi itu semua tanggung jawab saya kepada Tuhan. Saya kira, itu semua sudah takdir mereka.

Kalau begitu anda mendahului kehendak Yang Kuasa?

(Azahari tidak menjawab. Dari ekspresi yg ditunjukkan mediator, nampak ia tidak senang dgn pertanyaan ini).

Kalau sekarang keadaannya menjadi seperti ini, bagaimana tanggung jawab anda?

Semuanya sudah saya niati dan pikirkan akibatnya. Saya juga sudah menyiapkan rencana lain seandainya saya tak bisa melanjuntukan tugas. Jadi, secara ideologi, saya tidak pernah mati. Jangan menganggap ini sukses besar. Selama sumbernya di Philipina tdk pernah bisa dikalahkan, kelompok saya tidak akan pernah mati. Sekarang saja masih ada delapan anak buah saya yg bisa dijadikan andalan. Belum lagi 12 orang yg berasal dari Philipina sudah masuk Indonesia.

Setelah menjawab pertanyaan ini, Dr. Azahari tampak kelelahan dan sang paranormalpun marfum dan segera mengeluarkannya dari tubuh sang mediator.

Namun pemanggilanpun dilakukan lagi untuk menggali informasi lebih lanjut. Berikut rangkuman hasil wawancara lebih lanjut dengan arwah Dr. Azahari dan Amran.

Setelah pengeboman kedutaan Australia, kelompok ini berpindah-pindah kota terutama didaerah Banten dan Jawa Barat. Mereka memanfaatkan kelemahan pengejaran aparat yg hangat-hangat tahi ayam. Mereka menggunakan mobil untuk mengangkut bahan peledak berjumlah besar, selebihnya menggunakan motor dengan helm berteropong. Mobilisasi dilakukan antara jam 2-4 pagi, karena pada jam tersebut penjagaan sangat longgar.

Di Sidotopo, Jawa Timur, Azahari pernah hendak meledakkan markas Pertamina di Perak dan Tunjungan Plaza. Alasannya Pertamina merupakan sarang koruptor dan uangnya tersedot untuk kepentingan yg tidak jelas. Sedang Tunjungan Plaza merupakan ajang pamer budaya barat. Di Malang, Azahari juga merencanakan meledakkan PLTA Tulungagung. Menurutnya dengan peledakan PLTA ini, listrik se-Jawa Bali akan terganggu sehingga pemerintah akan terkonsentrasi pada masalah ini, dan mereka akan lebih mudah melakukan aksi-aksi selanjutnya.

Tentang biaya operasional, mereka mendapat sokongan dari Al-Qaeda dan dari orang2 Arab yg anti Amerika. Dana 50 jt sampai 100 juta masuk kerekening kelompok ini setiap bulannya, namun Azahari menolak menyebuntukan di bank mana dan atas nama siapa rekening tersebut.

Sementara Arman tampak sangat menyesal dan berkali-kali protes kepada Azahari. "Mana surga yg kamu janjikan? Sekarang saja gelap seperti ini. Untuk pulang ke rumah sudah tak mungkin," katanya. Arman tampak sangat gundah. Tubuhnya yg hancur tampak selalu kepanasan dan ia merasakan sangat kehausan. "Terus bagaimana saya ini, Mas?" tanyanya kepada tim paranormal. "Kalau tahu akhirnya begini, saya tak mau bergabung. Sebab niat saya sebenarnya hanya memperdalam agama, bukan yg lain. Ya, Tuhan memang Maha Adil. Siapa berbuat, ia akan menuai hasilnya. Mungkin sudah takdir saya seperti ini." Katanya lagi.

Sebelum bergabung ke kelompok ini, Arman seorang pengangguran. Ia pamit kepada keluarganya untuk mencari pekerjaan, namun sebenarnya ia memperdalam ilmu agama di sebuah pondok pesantren. Di sana ia bertemu dengan Noordin, mendapat "pencerahan" sedikit lalu diserahkan ke Azahari. Di kelompok ini ia hanya sebagai kurir, namun ia juga diajari berbagai macam dan sifat bahan peledak serta cara merakit bom oleh Azahari. Tapi sejauh ini ia blm pernah melakukannya sendiri. Sayang akhir hidupnya ternyata tak seperti yg ia harapkan.

Sumber : tabloid posmo

Comments

Popular posts from this blog

Misteri Wentira (Kota Ghaib)

Misteri Nenek Gayung Dan Kakek Pacul

Kisah 2 Hantu